Soal ukiran,ngomong saja tidak cukup




SESASI PROJECT #1
(sukodono generasi kreatif)           
            Ketika membicarakan mitos tentang Jepara yang krisis tukang ukir, yang perlu di tekankan adalah itu bukan mitos lagi, ini nyata karena sudah tidak ada lagi yang mau belajar dan mempertahankan mengukir sebagai pekerjaanya.
Sejak kemunculan pemerintah jepara membuat keputusan membuka pintu selebar-lebarnya, Investasi di jepara melalui Peraturan Daerah nomer 14 tahun 2012, banyak pemilik modal membuat pabrik-pabrik di jepara, menurut Ihwan Sudrajat yang di kutip dari www.jateng.merdeka.com
“Dalam tahun 2016 saja, terdapat 18 perusahaan baru bertipe Penanaman Modal Asing (PMA) yang berdiri di Bumi Kartini,” dalam dialog interaktif “Refleksi 2016 dan Proyeksi 2017”. Semua pabrik meliputi pabrik industri pakaian, sepatu dan kabel.
Warga lebih memilih menjadi pegawai pabrik dari pada belajar kerajinan kayu apalagi belajar mengukir atau bekerja sebagai tukang ukir. Untuk masalah ini gak ada yang berhak menyalahkan siapapun, karena menyangkut kesejahteraan masyarakat.
Banyak kalangan masyarakat yang membicarakan keresahan mereka terhadap kepunahan ukiran, mulai mahasiswa, pelajar kota Jepara.
"Jepara kota ukir kok gak punya tukang ukir, seharusnya malu kita ini, pemerintah hanya plonga-plongo”. Ini harusnya tugas pemerintah " ungkapan salah satu pemuda jepara.
Masalah ini jelas bukan hanya tugas pemerintah saja, tapi semua masyarakat. Ketika Jepara hampir mengalami krisis identitasnya sebagai JEPARA THE WORLD CARVING, tak banyak pemuda yang mau bergerak mengatasi permasalahan ini, dan sampai dewasa ini mereka yang banyak mengoceh atas kepunahan ukiran sama sekali tidak melakukan hal menyangkut ukiran, Jepara butuh pemuda tidak banyak omong tapi bergerak.
 Mas Roni contohnya, penggagas paguyuban SUGEK kepanjangan dari sukodono generasi kreatif, paguyuban ini menjadi wadah pemuda Sukodono untuk berkarya bersama dan mengenalkan produk pemuda berupa kerajinan kayu selain bidang mebel, tentunya juga untuk melestarikan Seni Ukir di jepara.
“Sukodono banyak pemuda yang mempunyai tehnik khusus bidang kayu dimasing-masing individu”
paparan Mas Roni
dan kebanyakan pemuda disini tidak percaya diri untuk menampilkan karya-karya mereka, karena tukang kayu dianggap di anggap sebagai pekerja kasaran dimasyarakat. Maka dari itu harapan paguyuban ini bisa menjadi tempat berkarya bersama agar percaya diri tumbuh atas karya-karya mereka”
 tambahnya.
Tepat pada jum’at 24-25 Februari 2018 kemarin, di Brak Roni Woodcarver, Jl.Lembah 1 Sukodono RT05/01 Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sukodono generasi kreatif atau SUGEK menyelenggarakan pameran yang diberi nama SESASI PROJECT #1 berjudul “Pameran Sovenir & Craft”. Pemuda paguyuban memameran karya kreatif, dari kayu limbah yang sangat melimpah dan tidak terpakai di Jepara, terutama di desa sukodono sendiri yang kebanyakan usaha dibidang pembuatan mebel kayu skala rumahan. Limbah kayu di sukodono biasanya di jual oleh warga dengan harga yang sangat murah untuk di jadikan kayu bakar.

Mereka memamerkan pelbagai kerajinan kayu limbah yang sudah diproduksi oleh masing-masing Pemuda dengan tehnik yang berbeda-beda,menjadi frame ukir kayu, gitar listrik ukir kayu, casing handphone kayu yang di ukir. banyak lagi barang-barang dari unsur kayu dan ukiran.
 Acara ini juga di meriahkan juga musik Percussion oleh kawan dari Bamboo Attack kolaborasi dengan Burisrowo. Bisa di bilang acara pameran ini awal yang sukses, walaupun tidak terlalu banyak pengunjung karena belum banyak yang mengerti acara ini.
“Acaranya keren, barang yang dipamerkan lucu-lucu, sayang tadi hujan makanya kurang rame” komentar salah satu pengunjung. Rencana ke depan pameran ini akan berlanjut setiap 3 bulan sekali, tentu dengan karya-karya yang baru.

            Jepara memang sangat membutuhkan sosok seperti Mas Roni dan Pemuda Sukodono, yang tidak banyak omong tapi bergerak langsung, selanjutnya semoga pameranya makin maju juga gerakan pemuda Sukodono ini menginspirasi banyak warga jepara yang lain di desanya masing-masing, untuk mempertahankan Seni Ukir sebagai warisan leluhur .

                                                                                 




                                
*Ket. Tulisan ini sebelumnya pernah di kirim ke "Blurg Magazine Yogyakarta"

Komentar

Postingan Populer