Dua Hari Menjelang Kemenangan


Dua Hari Menjelang Kemenangan
Sengaja dia tidur beberapa minggu ini. Tiap hari tak ada sepotong roti, nasi atau jenis makanan berkarbohidrat apapun. Kopi, bir dan anesthetic adalah temansetianya, seakan tidak perdulidengan kalimat “Utamakan Kesehatan” di majalah-majalah kesehatan. Lihatlah wajahnya yang seperti bangkai hidup, tubuhnya yang hampir seperti bambu apus . Di ruangan 2x3 meter ruang tidurnya terlihat banyak botol bir kosong,  toples anesthetic dan juga puluhan buku teori bersampul merah darah dan hitam. Buku-buku bersampul hitam dan merah darah sengaja Ia beli sembunyi-sembunyi di toko-toko buku jalananlanggananya, kalau tidak buku-buku itu biasanya di edarkan oleh teman-temanya satuorganisasi di kota ini.
Wajahnya merah seperti api, matanya yang alum seperti lelehan lilin tapi masih meneruskan bacaan bukunya yang di belinya minggu lalu, sekarang sudah sampai halaman 415, kira-kira kurang sepuluh halaman lagi buku bersampul warna merah darah itu selesai di lahapnya tanpa ampun.
Di meja kerjanya,  berserakan pula, buku-buku tebal terbuka, berserakan bersama botol-botol bir kosong tergeletak, terlihat  sisa bir setengah yang masih segar, masih ada buih menandakan bir tidak lama di bukanya, mungkin setengahnya lagi baru saja di teguknya lalu ditinggal rebahan, dia sangat yakin hariini akan mengalami tidur lebih panjang dari hari kemarin. Sudah puluhan segenggam anesthetic, diminumnya dengan bir sebagai pengantar menuju tenggorokanya .
Di meja kerjanya, terdapat pulpen murahan tan tanpa penutup dan selembar kertas berisikan tulisan-tulisan panjang seperti cerita panjang, saya tidak yakin kalau itu semacam prosa atau puisi panjang atau mungkin naskah pidato saat demo di seluruh kota; setiap ada demo, biasanya tampil di garis depan, penutup muka dan pengeras suara. Dia sangat yakin, perubahan untuk menjadi baik bukanlah anugrah dari tuhan, semua perlu di perjuangkan. Aparat hanya sampah robot,yang dipungut negara dari tong setan yang entah dari mana itu. Dia sangat yakin, bahwa setiap ada penindasan disitu pula ada pemberontakan, pemberontakan, kekerasan dan pembunuhan adalah garis terakhir untuk orang yang tidak berfikir panjang

Jogjakarta, Jumat 17 April 2019
Saya akan terus tidur, tidur panjang diikuti oleh seluruh manusia kiri jalan di kota ini , lebih tepatnya kami akantidur sepanjang hari. Entah kapan mulainya kami menyepakati untuk tidur saja, diluar tidakaman iblis sudah menembus batas trotoar. Hal itu sangat nyata, berita sudah masuk kedalam kitab kami, kurang pasti kapan ada perjanjian baru ttidak kalah tanpa melibatkan Paus. Mereka menciptakan Paus baru, yang  tidak kalah sucinya dengan Paus asli. Bagiku ajaranmu sudah menyalai aturan semesta, keluar dari logika yang suci
Tidak akan ada kesaksian dari kami tentang kotak suara yangkosong maupun tentang peradaban kota yang hampirdi ujung kehancuranya. Pembunuhan,penculikan negara atas rakyatnya akan terulang kembali. Harihari yang kelam akan terulang kembali. Penindasan semakin kejam di timur kota ini. Manusia akan diperlakukanseperti hewan perahan, yang siap mati kapanpun juga
Waktu akan semakin lambat bersama penderitaan manusia atas pemimpin kota,langit akan gelap di seluruh kota, tak adalagi pelangi, hujan akan diganti dengan hujan-hujan palsu ciptaan para ilmuwankota.
Ketika waktu itu saat suara-suara demokrasi di palsukan, dan terulangnya sejarah kelam: seluruh pemimpin berjubah putih menenteng senjata, seolaholah siap kapan saja menggerakan pelatuk senjata otomatis yang bisa merenggut nyawa-nyawa ratusan sekaligus. Ketika itu juga kami sepakat akan bangun dari ranjang keparat ini untuk menciptakan sejarah baru. Bukankah sejarah memang terdiri dari darah, penindasan dan tragedi ??. Bagiku, parka warna merah yang seperti buah busuk, keluar dari semua yang kalian tuliskan. Burung beo yang kalian banggakan juga tak lebih dari hewan yang lebih baik daribabi, yang hanya menirukan bahasa bahasa tanpa makna; kelihatan sekali kalau golonganmu tak memakai otak saat bicara
Revolusi ini semakin dekat, tak ada canduhari ini, tak akan ada mimpi indah padasetiap kami. Aku masih sangat sadar, saatini sangat sadar;sudah ku pecahkan botol bir di kepalaku untuk memastikanya. Kita sama-sama masih sangat ingat puisi Wiji. Biji-biji itu sudah di sebarnya di segala penjuru dinding kota, sudah di semai. Sangat siap tumbuh menjadi api.
Revolusi semakin dekat, kami tidur bukan kami pemalas, bukan kami tak punya alasan untuk itu. Tidurku, lebih baik daripada ikut melacurkan diri demi kekuasaan yang fana-mu. Seharusnya kalian sadar akan itu.Sengajaku menenggak puluhan anesthetic agar kami tidak mengerti apa yang kalian lakukan dan bicarakan , itu semua kosong mlompong. Bukankah hidup hanya menunggu kekalahan?? Setidaknya kekalahan hari esok bukan semata-mata kami lemah letoe seperti penis impoten dan terus melawan atas ketidak adilan.
Fakyu.


Diluar jendela, tepatnya di jendela luar ruangan ini. Banyak mahluk-mahluk anaeh berwajah babi dengan telinga panjang berwarna bulu hitam heboh dijalanan, seolah  gembar-gembor entah tentang apa, adapemimpin rombonganya yang membacakan sederet tulisan seperti tagihan pembayaran minimarket. Tapi, keramaian semacamini sudah jadi hal biasa,tidak hanya di luar jendela ini saja. Seluruh pelosokkota, dijalan-jalan raya juga sering ada di luar sana. Tidak,tidak !! tidak hanya di jalan,televisi dan radio pun ikut berisik tentang junjunganya.
Sudah jadi pemandangan biasa di tembok-tembok kota di tempeli gambar-gambar partai, saking banyaknya, gelandangan-gelandangan kotatak lagi punya ruang untuk bernafas.

Komentar

Postingan Populer